15 Januari 2009

Perkembangan Desa

A. Pendahuluan

Sesudah lebih dari enam dasawarsa kita menghirup udara kemerdekaan, ternyata desa-desa di Idonesia, masih diliputi serba kekurangan dan menjadi tumpukan kesedihan penduduknya. Jalan-jalan desa umumnya masih buruk dan becek di musim hujan. Kebersihan desa belum terjamin sama sekali. Banyak sekali desa-desa menjadi sarang penyakit, terpisah jauh dari kota akibat hubungan yang sangat sulit, kendatipun jarak yang sesungguhnya tidak seberapa. Dan hal ini menjadikan rakyat desa tetap ketinggalan dalam berbagai segi kemajuan.

Rakyat desa menjadi bosan tinggal di desanya. Secara berangsur-angsur mereka pindah ke kota-kota dan terjadilah urbanisasi yang tidak teratur. Mereka menganggap bahwa di kota mereka dapat mempertinggi nilai hidup. Padahal urbanisasi liar semacam itu bagi negara Indonesia yang agraris amat merugikan. Di negara kita, sumber produksi dan kemakmuran terletak di desa-desa, di sawah-sawah yang luas sayup-sayup mata memandang, di ladang-ladang perkebunan, di bukit-bukit, dan di gunung-gunung.

Hal ini juga erat hubungannya dengan politik pendidikan yang masih belum berhasil memperbaiki hal ini dan menanamkan arti serta tujuan pendidikan yang sebenarnya dalam negara kita yang agraris. Semakin tinggi sekolah pemuda dan pemudi kita, semakin lupa ia kepada desanya.


B. Pembangunan Desa Yang Ideal
untuk menciptakan pembangunan desa yang ideal, diperlukan adanya dasar Perekonomian Desa
Ada beberapa dasar dalam perekonomian desa, yakni tanah, air, hutan, jalan dan kerja.
1. tanah. Di zaman dahulu kala tanah ini dipunyai oleh raja-raja secara mutlak. Kemudian raja-raja itu menyerahkan kepada pembantu-pembantunya, kepada orang-orang yang disayanginya, yang telah berjasa dalam menegakkan kekuasaannya; lalu terjadilah feodalisme. Di Eropa zaman ini berkembang berabad-abad lamanya. Sistem feodal ini juga berkembang di Indonesia. Di Sumatera Timur umpamanya baru hilang setelah terjadi suatu revolusi, sesudah kemerdekaan Indonesia tercapai. Demikian juga di daerah-daerah lain.

Pemberdayaan tanah dapat dilakukan antara lain dengan mengadakan koperasi tani yang bersifat desa (negeri) atau bersifat suku (marga). Bila perlu dipinjamkan kepada desa-desa tetangga, melalui pemerintah desa tersebut dan pemerintah atasan dengan cara yang sebaik-baiknya. Baik juga dipikirkan badan-badan amal/sosial (sekolah, mesjid, rumah sakit, beasiswa, dan lainnya).
2. air. Air merupakan pokok kehidupan rakyat. Dalam hal ini, ada desa yang mempunyai sumber air tetap. Bagi desa yang serupa ini hendaklah ditimbulkan aktifitas rakyat untuk dapat mempergunakan air itu secara intensif dan tiap-tiap rumah tangga hendaknya mendapat air secara merata. Ada pula Desa yang kelebihan air (rawa-rawa). Biasanya desa yang seperti ini banyak terdapat di daerah pesisir. Air merupakan sumber kemakmuran. Dengan mempergunakan tenaga air, dapat dibuat kincir penumbuk padi. Sebaliknya air bah atau banjir akan merusakkan sawah-sawah, kebun, tanam-tanaman, jembatan, dan sebagainya, malah dapat merusakkan rumah-rumah rakyat, Untuk mengatasi hal ini hendaklah sungai-sungai, parit-parit dan jalan-jalan air lainnya tetap terpelihara, bersih dari segala sesuatu yang hendak menghalangi jalannya air, seperti sampah, semak-semak, pohon-pohon kayu yang tersekat, dan sebagainya.
3. hutan. Hutan adalah nikmat Tuhan yang tidak ternilai manfaatnya dan menjadi sumber kemakmuran rakyat. Hutan adalah paru-paru dunia. Hutan memberikan kekayaan yang amat banyak untuk negara. Namun kerakusan untuk mengambil hasil-hasilnya telah menyebabkan hutan ini menjadi gundul. Pembabatan hutan secara sembrono, pembalakan liar, illegal loging, pembakaran-pembakaran, dan menggunakan kekayaan hutan menjadi objek korupsi, telah membuat hutan yang nikmat itu menjadi sebab malapetaka dan kesengsaraan. Banjir, tanah longsor, kekeringan adalah akibat gundulnya hutan. Kayu-kayu pun habis dikuras dan yang paling menderita tentu rakyat desa.
Namun demikian rakyat desa itu mempunyai kewajian-kewajiban terhadap hutan, supaya hutan-hutan itu dapat terus-menerus memberikan hasil kepada rakyat. Hendaknya kita jangan bosan-bosannya memberikan pimpinan yang tegas ke arah pemeliharaan
hutan-hutan ini dengan, menghutankan kembali hutan-hutan dan bukit-bukit yang sudah gundul, dengan menanam pohon-pohon kayu yang memberi hasil, seperti damar, pala, dan lain-lain. Lalu mengganti/menyisip kayu-kayu yang telah diambil rakyat desa.
Pada dasarnya, perkayuan untuk rumah dan perabot-perabot, merupakan suatu basil hutan yang sangat penting artinya bagi rakyat kita, apalagi perkayuan-perkayuan yang keras (kayu besi, banio, jati, andalas, dan lain-lain) yang sangat baik untuk rumah, umumnya dihasilkan oleh hutan kita. Untuk memajukan pembangunan rumah-rumah rakyat desa selaku penghasil pekayuan dan untuk pengolahan hasil hutan, hendaklah dijalankan cara-cara sebagai berikut, pertama, membimbing rakyat desa untuk mendirikan Koperasi Perumahan Desa setidak-tidaknya dalam bentuk julo-julo.

Seluruh rakyat yang memerlukan rumah baru, dimasukkan menjadi anggota koperasi tersebut. Misalnya dalam suatu desa ada orang yang akan membangun rumah sebanyak 30 orang, tentu rumah yang akan didirikan ada 30 buah pula. Dengan tenaga gotong-royong mereka inilah diusahakan bahan-bahan pekayuan rumah yang komplit, umpama tiap-tiap dua bulan harus tersedia alat-alat perkayuan yang komplit untuk satu rumah. Kemudian perkayuan itu diberikan kepada anggota yang sangat membutuhkannya (bila perlu dengan diundi). Dan begitulah seterusnya. Pemerintah desa itu dapat menetapkan rencana jangka waktu tertentu, sampai selesai jumlah rumah yang akan dibangun di desa itu. Kedua, mendirikan koperasi Hasil Hutan, termasuk perkayuan, tempat rakyat menjual hasil-hasil hutan dan perkayuan yang dihasilkan rakyat dengan harga yang pantas. Koperasi inilah yang akan menjual/mengirim hasil-hasil tersebut ke tempat-tempat yang memerlukannya. Dengan begitu hasil hutan itu tidak jatuh ke tangan tengkulak-tengkulak.

Ketiga, menimbulkan industri-industri rumah tangga, kerajinan tangan, dan lain-lain untuk mengolah hasil hutan, seperti anyam-menganyam rotan, buluh, pandan, pertukangan dan sebagainya. Hal ini memerlukan petunjuk-petunjuk dari Pemerintah (Dinas Perindustrian) berupa kursus-kursus dan lain-lain. Untuk ini sebaiknya diadakan koperasi, tempat menjual dan membeli alat-alat yang diperlukan untuk itu. Dan keempat, mengadakan kursus kerajinan tangan dan lain-lain di desa.
Apabila dasar perekonomian desa telah dilaksanakan alangkah baiknya apabila pemkab mengadakan pengadaan pembangunan telepon di desa tertinggal itu, dalam rangka membuka akses komunikasi bagi masyarkat yang tinggal di pedesaan dan merupakan program pemerintantah.
C. Perkembangan Desa di Provinsi Gorontalo
Pesatnya agribisnis digorontalo yang genap berusia enam tahun membuat provinsi ini terkenal,sekaligus membangkitkan rasa ingin tahu orang akan provinsi baru tersebut. Langkah awal yang ditempuh sang gubenur yaitu Ir.H. Fadel Muhammad adalah memposisikan provinsi sebagai sebuah korporasi yang harus memiliki kompotensi inti dan memilikiproduk-produk unggulan. Serta perlunya aparat pemerintah menjadi fasilitator bagi kalangan usaha guna mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat. Itu semua dikemas dalam konsep pemerintahan berwawasan wirausaha (enetrpreneurial goverment).
”kalau kita ingin mengembangkan suatu daerah, maka konsepnya mesti ada lokomotif (penggerak) untuk mendorong daerah itu lebih maju. Seperti sebuah perahu, boleh mengunakan dayung, tetapi jika ingin jalanya cepat dan terarah, harus mengunakan mesin,” ungkapnya memberi perumpamaan. Takala fadel mau meletakan batu pertama pembangunan di Gorontalo, terlebih dahulu ia mengamati sumbar yang paling potensial untuk dikembangkan, sesuai daya dukung wilayah.
D. Pelopor Inovasi Teknologi
Dalam memajukan agribisnis didaerahnya, fadel merancang tiga cara, yaitu:
1. ia menerapkan kebijakan untuk menganti benih unggul lokal dengan benih hibrida. Khusus benih jagung, awalnya, dibagikan Cuma-Cuma kepada petani. Langkah itu membuahkan hasil. Produksi jagung meningkat dari 5ton/hektar menjadi 10 ton/hektar.
2. Ketika produksi jagung melimpah, fadel mengeluarkan peraturan didaerah(perda) untuk menjamin harga jual di tingkat petani. Tahun 2001, harga dasar pembelian jagung ditetapkan Rp 700/kg dan tahun lalu dinaikan menjadi Rp 900/kg. Untuk melancarkan pemasaran, Fadel mengandeng pedagang perantara. Mereke hanya diperbolehkan mengambil keuntungan sebesar 20%.
3. Melakukan penyuluhan kepada petani. Mulai dari gubernur sampai kepala desa harus menjadi penyuluh untuk memberikan semangat kapada petani. Beliau membuat kebijakan jika ada kepala desa atau kecamatan yang mampu meningkatkan produksi rakyat, akan diberi tunjangan bulanan sebesar Rp2,5 juta, sumber dananya dari APBD.
Setelah program pengembangan jagung berjalan, Gorontalo kini masukpengembangan padi. Seperti halnya jagung, pada agribisnis padi pun menerapkan inovasi teknologi, berupa banih padi hibrida, yang potensi hasilnya 30% lebih tinggi ketimbang padi unggul lainya.
Sebagai langkah awal, pada bulan juli lalu, fedel mencanangkan sekaligus melakukan panen perdana padi hibrida. Tahun depan diharapkan 3.000 hektar sudah ditanami padi hibrida. Targetnya minimal surplusberas sebanyak 20.000 ton. Dengan kelebihan itu wajar bila petani di Gorontalo ingin mengeksport beras.
Dalam menjalankan program agribisnis tersebut Fadel merangkul semua pihak. Intinya, mengembalikan pertanian kepada pelaku berjiwa bisnis. ”kalau kita mau maju, aspek agroinput, pascapanen, dan pemasaran harus diberikan kepada mereka yang memiliki intuisi bisnis. Jika tidak, pertanian tetap menjadi pertanian.
E. Melayani Masyarakat
Berkat tangan dinginya fadel,perekonomian dan taraf hidup masyarakat yang dimotori jagung, mengalami kemajuan penting. "indikator yang mudah dilihat adalah jumlah masyarakat yang naik haji. Tahun lalu mencapai 1.000 orang. Padahal sebelumnya paling 200-300 orang.
Pertumbuhan perekonomian gorontalo meningkat dari 6,7% pada 2002, menjadi 7,3% pada tahun lalu. Hal itu sebagai dampak dari meningkatnya areal tanam dan produksi jagung. Contohnya ; tahun 2000, areal tanaman hanya 34.412 hektar, dengan produksi 451.094 ton. Selain itu pendapatan perkapita melonjak dari Rp 1,2 juta (2001) menjadi 3,5 juta/tahun.
Produksi jagung di Gorontalo tidak hanya dinikmati masyarakat setempat, tetapi juga pasar dunia. Gorontalo sudah mengekspor ke Malaysia, Korsel, Singapura, dan Filipina dengan volume 275.000ton/tahun.
F. Menggema
Lompatan yang dilakukan Ir. H. Fadel Muhammad dalam membangun agribisnis didaerahnya menggema diseluruh indonesia. Ia pun menjadi satu-satunya gubernur yang memperolehpemghargaan 3 kali berturut-turut (2004-2006) dari President Susilo Bambang Yudoyonokarena mampu menciptakan ketahanan pangan didaerahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Isa, Mahzar. 2008. Pembangunan desa yang ideal. www.riaupos.com/v2/content/view/5115/30/ - 36k –. Akses juni
Membangun Oase Agribisnis. Nomor 43: 22. "siluet" AGRINA 9 Januari 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar